Kamis, 20 Februari 2014
Diabetes Melitus
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel
beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan
dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa
dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic
events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan
rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan
dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan
secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang
rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus
tipe 2 merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi
pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan
disfungsi sel β,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel
terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10[8] dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan,
terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4
yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula
darah oleh hati.
Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih
serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara
tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut
dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi
karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka
sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan
darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum
adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut
(terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti
bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi
koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani
terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika
mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat
infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa
tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin
parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang
terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari
1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan),
maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan
kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar
non-ketotik.
Diabetes dapat memicu berbagai komplikasi kronis,
seperti:
- gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
- gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
- gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,[34]
- gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
dan gejala lain
seperti dehidrasi, ketoasidosis,
ketonuria dan hiperosmolar
non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor
dan koma.
- rentan terhadap infeksi.
Banyak
orang yang masih mengganggap penyakit diabetes
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor
keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda,
termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah anda tidak sendiri.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.
Sebagian besar kasus diabetes
adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor
keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes karena
risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada
orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang
dijalaninya.
Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.
Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.
TERAPI LINTAH PURBA KEBUMEN
Mebantu
mengobati penyakit ini
Informasi
lengkap lihat GALERI dan KONTAK
Translate
Total Tayangan Halaman
Terapi Penyakit
- Alergi
- Amandel
- Asam urat
- Asma
- Badan Lesu
- Batuk
- Bisul
- Bronchitis
- Darah rendah
- Demam
- Eksim
- Gangguan datang bulan
- Gangguan lambung
- Gangguan mata
- Gangguan saluran kencing
- Gatal-gatal
- Ginjal
- Hipertensi/Darah tinggi
- Jantung koroner
- Jerawat
- Kaki kejang/merasa panas
- Kanker yang belum terlambat
- Kegemukan
- Kelenjar Tiroid
- Kolesterol
- Kulit wajah berminyak
- Kurang nafsu makan
- Lemah Jantung
- Leukemia
- Linu pinggul
- Mudah lelah
- Pembuluh darah tersumbat
- Rheumatik
- Sakit gigi
- Sakit kepala
- Sakit pinggang
- Saraf terjepit
- Stroke
- Telinga berdengung
- Tidak bisa tidur
- Trigliserid
- Tumor
- Wasir
- diabetes melitus
- kelenjar getah bening
- memar akibat benturan
- sakit persendian